ILMU
BUDAYA SOSIAL
“Tradisi
Mudik Hari Idul Fitri Bangsa Indonesia”
Disusun
Oleh :
Sigit
Ari Setiawan (56415561)
KELAS
1IA08
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN
TEKNIK INFORMATIKA
DOSEN
: EDI FAKHRI
ATA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang “Tradisi
Mudik Hari Raya Idul Fitri Bangsa Indonesia”.
Makalah
ini penulis buat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran “Ilmu Budaya Sosial”. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah
ini, saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Depok,31
Juni 2016
Penulis
Sigit
Ari Setiawan
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................................... 1
KATA
PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR
ISI .................................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
I.1
Latar Belakang .................................................................................................. 4
I.2
Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
I.3
Tujuan Penulisan ............................................................................................... 5
BAB
II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
II.1
Mudik
Sebagai Suatu Fenomena di Indonesia ................................................... 6-7
II.2
Faktor
Penyebab Terjadinya Mudik .................................................................... 8
II.3 Dampak
Positif dan Negati Mudik Lebaran....................................................... 8-9
II.4
Mudik
Sebagai Peristiwa Sosial dan Ekonomi................................................. 9-10
BAB
III PENUTUP ......................................................................................................... 11
III.1
Kesimpulan ................................................................................................... 11
III.2
Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tradisi
mudik Lebaran dalam masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun sangat
mengesankan. Setiap tahun menjelang Lebaran (Idul Fitri), orang dalam jumlah
jutaan seakan 'digerakkan' oleh suatu kekuatan luar biasa dari satu tempat
(metropolis) yang dianggap sebagai tempat mencari nafkah ke suatu tempat
(kampung halaman) lain yang disebut sebagai tempat asal-muasalnya.
Menjelang
Lebaran, masyarakat Indonesia bergerak dalam jumlah yang sangat menakjubkan.
Sehingga budayawan terkemuka, almarhum Umar Kayam (1993), pernah mengatakan
bahwa mudik Lebaran itu sebagai 'suatu ritus yang tidak jelas apakah itu suatu
keajaiban fenomena agama, fenomena sosial, atau fenomena budaya'. Ritus mudik
Lebaran ini telah memindahkan massa manusia dalam jumlah jutaan orang dari
suatu kota ke kota lain. Atau, dari suatu kota ke daerah pedesaan
(transmigrasi)--terutama di Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan--dalam waktu
seminggu atau dua minggu secara ulang-alik. Dalam gerak perpindahan ulang-alik
ini, jutaan manusia ambil bagian dalam ritus mudik Lebaran tersebut.
Dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai tradisi mudik lebaran yang telah
menjadi fenomena sosial maupun budaya bagi masyarakat Indonesia yang sebagian
besar gemar merantau.
I.2 Rumusan Masalah
Beberapa
permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam makalah ini yaitu :
1. Mengapa
mudik dikatakan sebagai suatu fenomena di Indonesia?
2. Apa
yang menyebabkan masyarakat melakukan mudik?
3. Apa
saja dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh mudik lebaran?
4. Bagaimana
mudik dianggap sebagai peristiwa sosial dan ekonomi?
I.3 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi
bagaimana fenomena mudik yang terjadi di Indonesia.
2. Mengetahui
faktor-faktor penyebab masyarakat Indonesia melakukan mudik.
3. Menganalisis
dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh mudik
4. Menganalisis
bagaimana mudik dianggap sebagai peristiwa yang berpengaruh dalam kehidupan
sosial dan ekonomi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Mudik Sebagai Suatu Fenomena di Indonesia
Mudik pada awalnya
merupakan istilah yang digunakan oleh orang-orang Jawa, yang kemudian menjadi
populer ditelinga masyarakat Indonesia. Ada yang menduga istilah ini berasal
dari kata "udik" yang berarti arah hulu sungai, pegunungan, atau
kampung/desa. Orang yang pulang ke kampung disebut "me-udik", yang
kemudian dipersingkat menjadi mudik. Jadi pada esensinya, pengertian kata mudik
itu adalah orang-orang yang tinggal di kota yang berlayar ke hulu sungai,
pulang ke kampung. Di Sumatera Utara, istilah yang digunakan masih lebih akrab
dengan "pulang kampung".
Pulangnya para
pendatang yang tinggal di kota ke desanya menjelang Lebaran (hari raya Idul
Fitri), untuk sungkeman kepada kedua orangtua, bersilaturahim dengan keluarga
besar dan tetangga. Tradisi mudik menunjukkan, betapa ikatan seseorang dengan
tempat kelahirannya saat masih kecil di desa, masih mempunyai makna tersendiri
dan menempati ruang kesadaran yang cukup penting. Selama setahun mereka
meninggalkan desa kampung halamannya bekerja di kota membanting tulang siang
dan malam, bekerja keras untuk memperbaiki nasib, mendapatkan penghasilan yang
lebih baik dari sebelumnya, setelah mereka dapatkan semua, kesuksesan sudah di
tangannya, ada kerinduan yang sangat mendalam untuk kembali ke kampung
halamannya dengan cara mudik lebaran. Ada kepuasan emosional yang dialami
dengan mudik, sebab seseorang dapat menunjukan kesuksesan dirinya pada sanak
keluarga dan lingkungan tetangga di desa dan apa yang dilakukan di kota dengan
segala suka duka, tidak sia-sia.
Beberapa tahun
belakangan ini, mudik menjadi satu fenomena sosial-keagamaan yang menarik untuk
diperbincangkan, karena telah menjadi tradisi yang fenomenal di lingkungan umat
Islam Indonesia, terutama pada hari-hari lebaran. Orang-orang kota yang berasal
dari udik, tentu saja merasa tidak afdal jika kegiatan halal bi halal hanya dilakukan di kota, karena sebagian besar
sanak-keluarga dan kuburan leluhurnya ada di udik. Untuk itu mudik menjadi satu
keharusan dan menjadi bagian dari tradisi lebaran di negeri ini. Suatu tradisi
yang cukup unik, hanya menjadi milik umat Muslim Indonesia.
Fenomena mudik ini
kalau diruntutkan merupakan sebuah mata rantai yang terjadi sebagai hasil
masyarakat (umat islam) dalam menyikapi fenomena lebaran. Dimana adanya
pergeseran makna mengenai lebaran atau dalam agama dinamakan Idul Fitri menjadi
hal yang penting untuk diperhatikan. Perbincangan terhadap fenomena ini menjadi
penting karena nuansa yang terkandung di dalamnya yang dapat dianalisis dari
berbagai pendekatan baik teologis, sosiologis, maupun ekonomis.
Mudik dan lebaran
merupakan fenomena yang tidak terpisahkan. Pro dan kontra selalu mewarnai
fenomena tersebut setiap tahunnya. Fenomena mudik ini, dimulai sejak sekitar
tahun 1970-an, ketika masyarakat Indonesia terutama di Jawa mulai memandang
bulan Ramadhan sebagai suatu ritual yang harus dirayakan secara khusus dengan
berbagai kemeriahannya, termasuk budaya “Mudik Lebaran”. Saat ini, tradisi
mudik lebaran telah bergeser dari sekedar sebuah proses ritual untuk mengakhiri
puasa Ramadhan menjadi sebuah momentum silaturahmi yang sangat kental muatan
sosialnya. Ritual ini telah melewati lintas batas agama dan etnis serta menjadi
budaya Indonesia yang sangat khas.
Tradisi mudik lebaran
ini, sebenarnya terkait erat dengan sistem kekerabatan yang melihat keluarga
sebagai keluarga luas (extended family).
Dengan demikian, menjadi tidak aneh ketika setiap lebaran akan selalu
diselenggarakan pertemuan-pertemuan yang melibatkan keluarga luas tersebut. Hal
inilah yang menyebabkan orang akan terdorong untuk berkumpul dengan para
kerabatnya.
Berkenaan dengan
fenomena mudik, sebenarnya kita tidak bisa mengatakan itu sebagai gejala
set-back, kemunduran atau keterbelakangan. Banyak orang yang beranggapan bahwa
tradisi mudik lebaran merupakan sesuatu hal yang primitif, namun sebenarnya
tradisi mudik seperti di Indonesia ini juga menjadi fenomena bagi masyarakat
modern.
II.2
Faktor Penyebab Terjadinya Mudik
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan masyarakat melakukan tradisi mudik setiap tahunnya, yaitu
pertama, arus migrasi dari desa ke kota yang terus terjadi. Ini tidak terlepas
akibat masih terjadinya ketimpangan pembangunan antara desa dengan kota.
Implementasi otonomi daerah tampaknya masih belum cukup untuk membendung arus
migrasi dari desa ke kota. Solusi terbaik untuk mengatasi problem ini adalah
mengimplementasikan pembangunan berkonsep tata ruang agar pembangunan di
berbagai wilayah dapat berjalan selaras. Tanpa kebijakan demikian,
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah seperti Operasi Penertiban
Pedagang Kaki Lima (PKL), Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) tidak akan
menyelesaikan masalah bahkan justru akan menuai masalah baru. Kedua, adalah
suatu kenyataan bahwa tradisi mudik telah menjadi budaya yang memiliki
muatan-muatan psiko-sosial disamping muatan religius. Faktor kedua inilah yang
tampaknya sulit untuk dirubah karena menyangkut budaya yang telah mengakar kuat
pada masyarakat Indonesia.
Apapun bentuknya,
tradisi mudik lebaran merupakan sebagian warisan turun temurun budaya bangsa
yang akan tetap lestari sepanjang masa seiring dengan sebagian kebutuhan hidup
manusia berupa interaksi sosial, sosialisasi dan budaya itu sendiri. Lebih dari
itu merupakan perpaduan yang tak ada duanya dengan ritual agama yang dianut
oleh sebagian besar anak bangsa. Sungguh suatu momentum yang luar biasa
seandainya juga dipakai sebagai upaya memupuk rasa kesetiakawanan sosial dan
saling menghormati atau solidaritas antar umat seagama yang berbeda aliran
bahkan antar agama berlainan yang konon terkesan semakin rapuh.
II.3 Dampak Positif dan Negati Mudik Lebaran
Aspek positif dari
tradisi mudik lebaran yaitu semangat kekeluargaan, dan saling memaafkan
sebenarnya dapat dikemas sebagai sebuah modal sosial untuk membantu mengatasi
krisis kepercayaan yang menjadi persoalan bangsa ini. Krisis kepercayaan yang
dihadapi oleh bangsa ini sudah sedemikian akut, tidak sekedar krisis
kepercayaan antara dunia luar terhadap negeri ini, melainkan juga krisis
kepercayaan internal antara rakyat terhadap pemerintah, elite-elite politik
maupun para pemimpin agama. Maraknya separatisme disintegrasi, konflik
bernuansa SARA, macetnya dialog antar elite merupakan contoh dari krisis
kepercayaan tersebut. Sebuah bangsa yang mengalami krisis kepercayaan akan
sulit mengembangkan jaringan ekonomi dan birokrasi yang sehat, efisien dan
tahan lama karena tidak ada kekuatan yang saling menghubungkan dan
menyangganya. Mengingat pentingnya unsur kepecayaan sebagai komponen dasar bagi
sebuah pemerintahan yang demokratis, maka momentum lebaran tahunan ini akan
menjadi lebih bermakna dan tidak sekedar menjadi ritual belaka ketika semua
elemen masyarakat menyadari tentang arti penting semangat kekeluargaan yang
menjadi inti dari tradisi mudik lebaran ini. Dalam hal inilah sangat penting
untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk membangun semangat kekeluargaan dan
saling memaafkan. Semangat kekeluargaan tersebut harus dibangun dari lingkup
yang paling kecil yaitu keluarga, masyarakat kemudian ke lingkup yang paling
luas yaitu negara.
Meskipun
tradisi mudik lebaran membawa dampak positif yakni menambah solidaritas
kekeluargaan semakin kuat, akan tetapi tradisi ini juga membawa dampak negatif
bagi kota maupun desa. Bagi kota, tradisi mudik adalah awal dari persoalan
pembangunan kota, karena pada umumnya jumlah penduduk yang melakukan arus balik
lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk yang melakukan arus mudik.
Bertambahnya jumlah penduduk kota akan menimbulkan berbagai masalah baik
masalah fisik seperti kemerosotan lingkungan, berkembangnya pemukiman kumuh,
kebutuhan perumahan, masalah transportasi, kemacetan lalu lintas maupun
masalah-masalah sosial yang khas seperti masalah pengangguran, anak jalanan,
gelandangan, pengemis, kenakalan remaja bahkan
sampai pada Pekerja
Seks Komersial (PSK).
II.4
Mudik Sebagai Peristiwa Sosial dan Ekonomi
Ada tiga makna penting
yang terkandung dalam tradisi mudik lebaran ini, yaitu peristiwa agama, sosial
dan ekonomi. Sebagai suatu peristiwa sosial, mudik bermakna pemenuhan
kepentingan berkumpul secara primordial dan emosional untuk mempererat hubungan
silaturahim. Di masyarakat kita, tradisi mudik Lebaran adalah merupakan
peristiwa sosial yang besar atau yang tertinggi dan melibatkan interaksi
manusia yang sangat banyak. Besaran secara kuantitatif dalam peristiwa mudik ini
membuat tradisi ini menjadi masalah sosial yang tertinggi. Karena dalam sejarah
kita, mobilisasi masyarakat terbesar tanpa ada komando hanya terjadi pada saat
mudik Lebaran.
Sebagai peristiwa
ekonomi, mudik Lebaran merupakan peristiwa ekonomi yang tertinggi setiap tahun,
karena peristiwa mudik itu dapat memberikan pemerataan ekonomi di seluruh
Indonesia. Mudik lebaran telah menggerakkan secara lebih cepat roda
perekonomian yang bermakna sebagai pemerataan atau pemulangan uang (perputaran
uang) yang menumpuk di kota ke daerah-daerah. Suatu kesempatan orang desa untuk
menerima uang dari kota. Namun biasanya hal itu dilakukan secara berlebihan,
hingga mengarah pada pamer kekayaan, kesombongan diri, sehingga lebih banyak
aspek-aspek mubazirnya daripada keuntungannya.
Pamer keberhasilan
dengan simbol-simbol barang mewah, seperti pakaian, barang elektronik, jam
tangan dan sebagainya. Agar mereka dianggap berhasil, maka para pemudik akan
memamerkan barang-barang mewah meskipun barang-barang tersebut diperoleh dari
hasil hutang. Bagi mereka yang yang penting adalah gengsi. Bagi masyarakat
desa, tradisi mudik lebaran ini menjadi masalah sosial yang tidak kalah serius.
Hal ini dikhawatirkan akan merusak kultur desa yang lebih santun. Gaya hidup
yang mereka bawa dari kota juga seringkali membawa ekses negatif bagi pola
perilaku masyarakat desa. Sikap pamer keberhasilan tersebut akan menumbuhkan
persoalan konsumerisme masyarakat pedesaan. Dalam hal ini, masyarakat desa
akhirnya hanya akan menjadi sasaran pasar dari para pemilik kapital. Kondisi
ini sebenarnya juga menjadi embrio bagi munculnya ketimpangan antara desa dan
kota. Pamer kesuksesan inilah yang terkadang menimbulkan keinginan dari
keluarga dan tetangga ingin ikut ke kota bersamanya, menumpang kesuksesannya sebagai
jembatan mengubah nasib, maka terjadilah arus urbanisasi besar-besaran.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
·
Tradisi mudik lebaran merupakan sebuah
proses ritual untuk mengakhiri puasa Ramadhan dan sebuah momentum silaturahmi
yang sangat kental muatan sosialnya. Ritual ini telah melewati lintas batas
agama dan etnis serta menjadi budaya Indonesia yang sangat khas.
·
Ada 2 faktor yang menyebabkan masyarakat
di Indonesia setiap tahunnya melaksanakan ritual mudik yaitu arus migrasi dari
desa ke kota (urbanisasi) yang terus terjadi dikarenakan sebagai akibat masih
terjadinya ketimpangan pembangunan antara desa dengan kota dan merupakan
tradisi yang telah membudaya, yang memiliki muatan-muatan psiko-sosial disamping
muatan religius sehingga sulit untuk dirubah karena menyangkut
budaya yang telah mengakar kuat pada masyarakat Indonesia.
·
Dampak positif dari tradisi mudik ini
ialah semangat kekeluargaan, dan saling memaafkan sehingga dapat menjadi sebuah
modal sosial untuk membantu mengatasi krisis kepercayaan yang menjadi persoalan
bangsa. Sedangkan dampak negatif tradisi mudik ini mengakibatkan persoalan
pembangunan di kota, karena pada umumnya jumlah penduduk di kota menjadi
bertambah setiap tahun yang dapat menimbulkan berbagai masalah baik masalah
fisik maupun masalah sosial yang khas.
Mudik
berpengaruh terhadap kehidupan sosial di Indonesia yang merupakan peristiwa
sosial terbesar karena melibatkan interaksi manusia yang sangat banyak atau mobilisasi
masyarakat terbesar tanpa ada komando. Sedangkan untuk kehidupan ekonomi, mudik
menggerakkan secara lebih cepat roda perekonomian sehingga dapat memberikan
pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia
III.2
Saran
Mudik
yang terjadi di Indonesia khususnya yang selalu terjadi pada saat menjelang
lebaran merupakan fenomena unik yang hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Ada
baiknya jika hal ini tetap dilestarikan karena telah menjadi ciri khas
masyarakat Indonesia menjelang Idul Fitri namun tentunya tidak terlepas dari peran
pemerintah dan aparatur negara agar dapat selalu mengawasi kelancaran dan
ketertibannya serta mengantisipasi berbagai kemungkinan merugikan seperti
kecelakaan transportasi dan bertambahnya jumlah urbanisasi, sehingga dapat
mengurangi resiko yang tidak diingikan dikemudian hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Mawardi dan Nur Hidayati. 2007. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Budaya Dasar (IAD, ISD, IBD) untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung : Pustaka
Setia
Setiadi, M. Elly, dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Kedua. Jakarta : Kencana
http://hempri.blogspot.com/2008/10/tradisi-mudik-lebaran-dan-problema.html
http://socialpolitic-article.blogspot.com/2009/03/fenomena-ritus-mudik-lebaran.html
http://umum.kompasiana.com/2009/09/28/seputar-tradisi-mudik-lebaran-1-perpaduan-antara-kegiatan-ekonomiritual-agamatradisi-budaya-serta-sosialisasi-dan-interaksi-sosial-yang-harmonis/
http://www.beritaindonesia.co.id/visi-berita/makna-mudik-lebaran
http://www.celotehmalik.co.cc/2010/09/fenomena-mudik-lebaran-suatu-kajian.html
http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=58302
http://www.waspada.co.id/index.php/images/index.php?option=com_content&view=article&id=52593:memaknai-tradisi-mudik-lebaran&catid=25:artikel&Itemid=44
http://sigitarisetiawan.blogspot.com/2016/07/tradisi-mudik-hari-idul-fitri-bangsa.html
Klik untuk membuka File PDF Tradisi Mudik Hari Idul Fitri Bangsa ¬Indonesia