MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
“PEMUDA DAN SOSIALISASI”
Disusun Oleh :
Sigit Ari Setiawan ( 56415561)
KELAS 1IA08
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
DOSEN : SRI HERMAWATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang “Pemuda dan Sosialisasi”.
Makalah ini kami buat dalam
rangka memenuhi tugas mata pelajaran “Ilmu Sosial Dasar”. Tak lupa juga kami mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, motivasi,
bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Depok,22 November
2015
Sigit Ari Setiawan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Telah kita ketahui
bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan
dengan masalah nilai, hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural
daripada pengertian ini. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas
yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani
bagi pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan
bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Pemuda adalah
golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan
kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang
kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam,
terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada
dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan
generasi muda.
Proses kehidupan
yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga
ini merupakan proses yang disebut dengan istilah sosialisasi, proses
sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses
hingga mencapai titik kulminasi.
Pemuda dalam
pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan
dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan
tersurat dengan pasti. Dilihat dari segi budaya atau fungsionalnya maka dikenal
istilah anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia berikut :
Golongan anak : 0 – 12 tahun
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Usia 0-18 tahun
adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang telah
memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yang telah
diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta.
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
1. Siswa,
usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
2. Mahasiswa
usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
3. Pemuda
di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15
– 30 tahun keatas.
Akan tetapi,
apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan
menjadi dua yaitu:
1.
Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan
lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan
jalan menaati tradisi yang berlaku
2.
Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Peran pemuda
jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis pemuda
“pembangkit” mereka adalah pengurai atu pembuka kejelasan dari suatu masalah
sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah masyarakat dan kebudayaan.
Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal. Mereka tidak berniat mengadakan
perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh
manfaat dari masyarakat dengan melakukan tidnakan menguntungkan bagi dirinya,
sekalipun dalam kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka
berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara
radikal, revolusioner.
Pemuda adalah jiwa
seorang insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat yang tinggi dalam
memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban bangsanya menuju arah yang lebih
baik. Dengan kecerdasan intelektualnya, dia dapat melihat segala bentuk
permasalahan secara menyeluruh sehingga sering muncul ide-ide brilian sebagai
solusi dari permasalahan yang ada.
Dengan ketajaman
mata hatinya, dia dapat melihat celah-celah kenistaan dan kekejian yang ada
disekitarnya untuk segera ia perbaiki menjadi celah-celah yang mengeluarkan
sinar kebaikan. Dengan kekuatan fisiknya, dia dapat melumpuhkan mesin-mesin
tirani dan monster-monster kebiadaban yang senantiasa menghancurkan sendi-sendi
keadilan dalam masyarakat. Dengan keceriaan wajahnya, ia dapat menghibur
lingkungan sekelilingnya dengan lampu-lampu kebahagiaan.
Dengan
kebersihan hatinya, dia senantiasa melakukan yang terbaik bagi bangsa dan
agamanya tanpa putus asa dan pamrih. Dengan kekuatan spiritualnya, dia meyakini
segala upaya pengorbanan merupakan aktivitas ibadah yang akan menjadi batu bata
Istananya di surga kelak.
Dengan segenap
potensi dan kekuatan ini, dia merupakan matahari yang siap mengeluarkan energi
terbesarnya untuk mengawali secercah sinar kebangkitan bagi bangsa dan nusa.
Sebagaimana sebuah pepatah bahasa Arab, ‘Kebangkitan sebuah bangsa terletak
pada telapak tangan para pemuda-pemudanya’.
Sosialisasi
diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu
mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan
norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh
masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
a. Charlotte
Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu
individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan
berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
b. Peter
Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana
seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat
tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
c. Paul
B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana
seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat
tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
d. Soerjono
Soekanto
Sosialisasi adalah proses
mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Melalui proses
sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan. Dengan proses
sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di
tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau
belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah
satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan
sistem sosial. Proses sosialisasi
banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya.
Oleh karena itu
proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian
(self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri
sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1.
Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan
cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai,
tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi
dandapt dipercaya
2.
Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan
mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh
penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam
meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
Bertitik tolak dari
pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam
lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau
informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Untuk mengetahui
lebih jauh tentang uraian di atas maka kami akan mengambil judul Pemuda dan
Sosialisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses sosialisasi pemuda ?
2. Apa tujuan pokok sosialisasi ?
3. Apa peranan pemuda dalam masyarakat ?
4. Apa saja potensi generasi pemuda ?
5. Bagaimana pengembangan potensi generasi muda
?
6. Apa saja masalah generasi muda ?
7. Apa faktor penyebab permasalahan generasi
pemuda ?
8. Apa saja usaha untuk menanggulangi masalah
generasi muda ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi
pemuda.
2. Untuk mengetahui apa tujuan pokok
sosialisasi.
3. Mengetahui apa peranan pemuda dalam
masyarakat.
4. Mengetahui apa saja potensi generasi pemuda.
5. Mendeskripsikan bagaimana pengembangan
potensi generasi muda.
6. Mengetahui apa saja masalah generasi muda.
7. Untuk mengetahui apa faktor penyebab
permasalahan generasi pemuda.
8. Untuk mengetahui apa saja usaha untuk
menanggulangi masalah generasi muda.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini merupakan tinjauan kepustakaan yang bertujuan untuk mempelajari
buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti karena penyusun tidak
melakukan tinjauan secara langsung terhadap objek pengamatan.
1.5 Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintahan
Bisa
dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pemuda di Indonesia
agar memiliki karakter yang lebih baik.
2. Bagi Dosen
Bisa
dijadikan sebagai acuan dan sumbangsih dalam mengajar terutama pada materi ini
agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan
datang.
3. Bagi Mahasiswa
Bisa
dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi
diri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sosialisasi Pemuda
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda
akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian,
tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi,
seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum
tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan
salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya
dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi
banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1.
Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan
cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai,
tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi
dandapt dipercaya
2.
Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan
mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh
penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam
meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.
Bertitik tolak dari
pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam
lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau
informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Proses sosialisasi
juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas sosial atau
kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan saling
memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan
kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu
setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini
berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata
lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga
kelompok yang lebih luas.
Ada minimal tiga
hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini
yakni :
Pertama kita harus
saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam keadaan
berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan saling
mengetahui kabar dan berita di antara kita. Sakit atau senang diantara kita
dapat dengan cepat kita mengetahuinya.
Kedua, sering
bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong royang
atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok
kecil(minimal dua orang) atau pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah
anggotanya banyak).
Ketiga, dalam
kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong menolong harus dikembangkan.
Berbagai kesulitan hidup yang kita alami pantas kita minta tolong kepada orang
lain atau teman. Begitu pula sebaliknya bila kawan kita yang mengalami
kesusahan wajib pula kita membantunya. Tentu saja dasarnya adalah suka saling
menerima dan memberi.
Menurut George
Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap
persiapan (Preparatory Stage)
Tahap
ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang
diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita.
Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan
anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara
menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Tahap
meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan:
a. Semakin
sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang
dewasa.
b. Mulai
terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan
sebagainya.
c. Anak
mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
d. Kesadaran
bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan
diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
3. Tahap
siap bertindak (Game Stage)
Peniruan
yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan
untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di
luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,
anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada
tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
2.2 Tujuan Pokok Sosialisasi
a. Individu
harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan
kelak di masyarakat.
b. Individu
harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
c. Pengendalian
fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang
tepat.
d. Bertingkah
laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada
lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
2.3 Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa
dan Negara
Dalam hubungannya
dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses
sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda,
mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi
kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang
tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk
organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi
pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama orde
baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan
suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu
terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai:
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai:
a. Agent of change
b. Agent of development
c. Agent
of modernization
Sebagai agent of
change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam
masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development,
mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang
bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas
dan bertindak sebagai pelopor dalam pembahruan.
2.4 Potensi-Potensi
Generasi Muda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut
:
1. Idealisme
dan daya kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan
yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar
mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu
dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
2. Dinamika
dan kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka
memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan
untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada
ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
3. Keberanian
mengambil resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan,
mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko
itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan
pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan
pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu
memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko
2.5 Pengembangan Potensi Gener asi Muda
Generasi muda memiliki peranan penting dalam memajukan
dan meningkatkan pembangunan. Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh generasi
muda, mereka mampu berkarya dan berekspresi dengan bebas ,tetapi masih dalam
lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan. Pengembangan potensi
tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan
potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan
kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda
yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.
Generasi muda dapat mengembangkan potensi mereka melalui
hoby atau kesenangan masing-masing, contohnya jika anak menyukai musik maka ia
bisa mengembangkan potensinya dengan membuat sebuah band atau mengikuti kursus
bermain musik sehingga potensi anak tersebut redup tanpa ada perkembangan.
Potensi generasi muda juga dapat membangun rasa bangga
pada diri sendiri.Keluarga dan negara juga
merasa bangga atas potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga atau sebagai
masyarakat. Tapi bagaimana jika generasi muda saat ini mengisi hari mereka
dengan hanya menghabiskan uang orang tua dengan membeli barang-barang yang
tidak terlalu dibutuhkan, Sex di luar nikah, penyalahgunaan obat narkotika tak
dapat dihindari, mabuk-mabukan (minum-minuman keras), dan masih banyak lagi
hal-hal lain yang sangat menyedihkan. Disinilah peran orang tua sangat
dibutuhkan orang tua dapat mengarahkan sejak dini kemana arah yang paling tepat
dan baik untuk perkembangan anak mereka sehingga generasi muda dapat memiliki
potensi yang sangat berguna bagi nusa dan bangsa.
Di negara-negara
maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai
bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu
untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan
dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
2.6 Masalah-Masalah Generasi Muda
Generasi muda dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan yang
perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua pihak. Permasalahan
umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini antara lain
sebagai berikut :
1. Menurunnya
jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk
jiwa pemuda.
2. Kekurangpastian
yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
3. Belum
seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang
tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak
hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa.
4. Kekurangan
lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan setengah
pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas
nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional
serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
5. Kurangnya
gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan.
6. Masih
banyaknya perkawinan dibawah umur.
7. Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif
lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
8. Masih adanya anak-anak yang hidup
menggelandang.
9. Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang
menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
10. Masuknya
budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
kita yang dapat merusak mental generasi muda.
11. Masih
merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut
akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan
pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya
KARANG TARUNA .
2.7 Faktor Penyebab Permasalahan Pemuda
1. Kurang dalam mengendalikan diri
Dalam
hal ini kita melibatkan keluarga karena keluarga merupakan tempat awal seorang
remaja membentuk karakter . Disini peran orang tua sangat mempengaruhi
perkembangan remaja dalam mengendalikan diri , orang tua bukan hanya memberikan
penjelasan tentang nilai sosial (baik buruknya suatu perbuatan) tapi juga
memberikan suatu contoh perbuatan yang dapat dicontoh oleh remaja tersebut
sehingga ketika remaja sudah berada dilingkup sosial yang lebih luas contohnya
masyarakat , remaja tersebut akan terbiasa melakukan sama seperti apa yang
dicontohkan oleh orang tuanya .
2. Kurang masa bersama keluarga
Meluangkan
waktu sejenak untuk berkumpul bersama keluarga merupakan hal kecil yang
mempengaruhi perkembangan remaja diluar karena pada saat seperti inilah
masing-masing anggota keluarga menceritakan masalah kepada orang tua atau orang
yang lebih tua didalam keluarga tersebut demi mendapat sebuah solusi yang benar
. Karena banyak faktor remaja melakukan hal negatif adalah karena jarangnya
meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dengan alasan orang tua
bekerja dan sibuk dengan urusan lain, jika didiamkan begitu saja remaja tidak
mendapat teman untuk menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga remaja
mencari jalan keluarnya sendiri yang menurutnya benar dan tak jarang dari
keputusan itulah dapat mengorbankan orang lain .
3. Masalah ekonomi keluarga
Keluarga
miskin mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan pendidikan sempurna
kepada anak. Makanan dan minuman , tempat kediaman serta kesehatan yang
memadai. Faktor inilah yang mendorong remaja untuk mengambil sesuatu yang bukan
haknya atau mencuri milik orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan hal ini
akan terus meningkat ke arah yang lebih ekstrim jika dibiarkan seperti
menghilangkan nyawa orang lain demi suatu hal yang diinginkannya .
2.8 Usaha Menanggulangi Permasalahan Pemuda
Cara yang harus
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu orang tua harus sering
menasehati, memberi bimbingan, dan memberi pengarahan kepada anaknya agar
menjadi pemuda yang mudah bersosialisasi dan bisa hidup mandiri tanpa upaya dan
dana orang tuanya. Hal ini bergantung pada diri pemuda itu sendiri. Jika
menurut mereka nasehat tersebut dapat membantu untuk mengatasi permasalahannya,
maka mereka akan melakukannya. Dan jika mereka tidak membutuhkan nasehat, maka
mereka tidak akan melakukannya. Tetapi pemuda yang baik adalah pemuda yang
selalu mendengarkan nasehat - nasehat yang baik dari orang tuanya.
Setelah memberi
tanggapan untuk mengatasi permasalahan.pemuda dalam generasi nasional,
diharapkan pemuda - pemuda dapat meningkatkan sikap kedewasaannya dalam hal
ekonomi dan psikologi. Masyarakat pun akan bangga. Begitu pun bagi orang tua,
akan merasa bangga. Karena mereka memiliki anak yang baik dan bisa diandalkan
sebagai penerus bangsa. Dan semoga hal ini lebih baik lagi di masa mendatang.
2.9 Perguruan dan Pendidikan
Arti penting dari
pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia,
sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam
pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju
apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi
dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya
merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Masalah pendidikan
bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk
manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan
terpadu di dalam menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas
rata-rata penduduk, banyaknya jumlah pencari kerja, “Under utilized
population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang
memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Sebab hal itu semua
akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu keterbelakangan dan
kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat mengembangkan semangat
“inner will peningkatan kemampuan diri dan bangsa” yang terpencar dalam
pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan profesional bagi seluruh
penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai satu bangsa
yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia,
maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan
dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan tersebut
diarahkan menjadi pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan membina
ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan mental.
Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan diri
dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui suatu alternatif
pembangunan yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara lain
bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk itu maka
diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang
menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan
cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya pemerintah telah cukup
berhasil dalam menegakkan landasan-landasan ideal serta landasan koseptual
terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan nasional yang tepat
arah dan tepat guna.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang
dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut : tahap
persiapan (preparatory stage), tahap meniru (play stage), tahap siap bertindak
(game stage), dan tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage).
2. Tujuan pokok sosialisasi adalah individu
harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan
kelak di masyarakat, individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuannya, pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari
melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat, dan bertingkah laku secara selaras
dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau
kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
3. Peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat
adalah sebagai agent of change, agent of development, dan agent of modernization.
4. Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah idealisme dan
daya kritis, dinamika dan kreativitas, dan keberanian
mengambil resiko.
5. Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai
dari lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka
sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang
dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi
sesuai minat masing-masing anak.
6. Masalah-masalah generasi muda diantaranya
adalah menurunnya
jiwa nasionalisme, kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap
masa depannya, belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas
pendidikan yang tersedia, tingginya jumlah putus sekolah, kekurangan lapangan
kerja, kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, banyaknya
perkawinan dibawah umur, penyalahgunaan
obat narkotika dan zat adiktif, masih adanya anak-anak yang hidup
menggelandang, pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala
penyimpangan perilaku (deviant behavior), masuknya budaya barat (westernisasi
culture), dan masih merajalelanya kenakalan remaja.
7. Faktor penyebab permasalahan pemuda adalah
kurang dalam mengendalikan diri, kurang masa bersama keluarga, dan masalah
ekonomi keluarga.
8. Usaha menanggulangi permasalahan pemuda dapat
dilakukan oleh lingkungan terutama pendekatan oleh keluarga dan pendidikan.
3.2 SARAN
Masa
remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada
kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan
munculnya masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta
penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi
keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa
yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu
sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan
remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah,
sehat dan bahagia.
Maka kita sebagai remaja harus bisa membedakan mana kegiatan positif dan negative agar kita bisa mendapat manfaat yang bisa menunjang masa depan. Jaman era globalisasi sekarang ini banyak sekali hal yang menarik, sesuatu yang masih baru, maka kita pun harus bisa memilih yang terbaik, jangan sampai terpengaruh hal negative. Apabila sudah ada yang terjerumus kedalam hal negative cepatlah sadar diri karena masih banyak kesempatan untuk merubah masa depan.
Maka kita sebagai remaja harus bisa membedakan mana kegiatan positif dan negative agar kita bisa mendapat manfaat yang bisa menunjang masa depan. Jaman era globalisasi sekarang ini banyak sekali hal yang menarik, sesuatu yang masih baru, maka kita pun harus bisa memilih yang terbaik, jangan sampai terpengaruh hal negative. Apabila sudah ada yang terjerumus kedalam hal negative cepatlah sadar diri karena masih banyak kesempatan untuk merubah masa depan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Pemuda Sosialisasi Serta
Peranannya. http://artikel-mak.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Atmojo, Adi. 2012. Pengertian Pemuda dan
Sosialisasi.http://adiatmojo1.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Bimo, Agustinus. 2012. Masalah Pemuda Sosialisasi.http://agustinusbimo.blogspot.com.
Diakses : 23 Februari 2014
Intan, Shindy. 2012. Masalah Kepemudaan. http://shindy1425.blogspot.com/. Diakses
: 23 Februari 2014
Aini,
Nur Solihat. 2014. Pemuda dan
Sosialisasi. http://laporannurainisolihat.blogspot.co.id /2014 /08/makalah-ilmu-sosial-dasar-pemuda-dan.html.
Diakses : 22 November 2015